Yang terasa orang Garut serta kerap melalui jalur Leuweung Ti'is Garut,
jalur yang berkelok dengan hiasan samping beragam pohon besar & jurang,
pasti telah tak aneh mendengar beragam cerita mistis nya, bahkan juga salah
satu tipi swasta pernah meliput lokasi itu untuk kepentingan syuting
acara mistis.
Kesibukan pencarian nafkah, usaha, kumpul keluarga, kuliah, atau keperluan
apa pun itu yang pasti perjalanan Bandung – Garut telah sangatlah sering
keluarga saya kerjakan, baik berbarengan, ataupun terpisah.
Satu saat di mana Ibu saya mesti bertandang ke kota Bandung, serta pulang pada
waktu malam hari nya.
ketika pergi diantar oleh adik saya memakai kendaraan pribadi,
namun lantaran ada kepentingan serta telah perjanjian awal
bahwa adik saya tak dapat jemput pulang ibu, sangat terpaksa ibu saya menggunakan
angkutan umum (Bus) itupun jam optimal bus biasanya cuma sampai
jam 19. 00wib untuk keberangkatan paling akhir.
1 jam perjalanan tak merasa sampai tiba dilokasi yang disebut, Kiri..
Kiri.. Kiri (nada pria tua).. sopir bus juga memperlambat jalan bus dan
menyampingkan bus nya dibahu kiri jalan.
Yang kerap naik bus mungkin saja sadar atau tak sadar,
saat ada salah satu penumpang meneriakan " kiri " &
kita/penumpang yang lain yang berdekatan dengan nada itu memerhatikan
siapa yang empunya nada itu serta memandang sebentar gerakan orang itu.
Sama hal nya seperti Ibu saya & sebagian penumpang yang masih
tersadar dengan kata lain tak molor, seperti berupaya mau lihat siapa sosok yang
mempunyai nada itu serta memerhatikan meskipun sebagian waktu.
Namun lantaran posisi ibu saya duduk dikursi deretan kanan paling depan, serta yang
empunya nada dari belakang, ibu saya awal nya acuh saja toh buat apa juga
dengan berniat memerhatikan orang yang ingin turun terlebih mesti membalikan
kepala lihat kearah belakang yang jarak nya cukup jauh.
Lantaran sopir terasa jeda berhenti nya agak sedikit lama dari umumnya dan
dengan situasi hening, " Geus turun jang penumpang na? /Telah turun Jang
penumpangnya?
" Sopir teriak pada kernet " Ujang " yang ada didekat pintu
belakang bus untuk meyakinkan bahwa penumpang itu telah turun, pelanga
pelongo seperti kebingungan sopir lihat kaca spion dalam atas, serta kaca
spion kiri luar meyakinkan yang empunya nada telah turun.
Dengan pemberhentian yang cukup mengonsumsi saat dari umumnya, Ibu saya dan
sebagian penumpang yang lain penasaran & nyempetin buat nengok kearah
belakang serta ada pula penumpang yang coba lihat dari kaca,
so.. alhasil memanglah tak terlihat orang/penumpang yang bakal atau sudah turun
terutama ibu saya juga mendengar juga nada teriakan keras " kiri " itu.
Yang ada cuma seputar 8 – 10 orang saja yang duduk nya juga terpisah, itu pun
ada yang tertidur nyenyak serta ada juga yang pelanga pelongo dengan kejadian
itu, Ibu saya sempat merhatiin jika penumpang dibelakang ternyata
wanita seluruhnya,
cuma ada 2 pria muda/penumpang yang duduk tepat
disamping/deretan bangku kiri yang sejajar dengan bangku Ibu saya. apalagi
keadaan di luar samping kanan serta kiri tak ada rumah atau akses jalan
menuju suatu tempat.
Kernet juga tak segera menyahut teriakan pertanyaan dari sopir, mungkin
seperti keheranan & tak lama sang kernet membalas/menyahut ucapaan si
sopir " Maju Pir, teu aya nu turun/Maju Pir, tidak ada yang turun "
Saat itu juga sopir berucap Istighfar sambil mengangguk-anggukan kepala nya dan
disudahi perkataan " Punten " / " Permisi " serta mencapai kembali pedal gas untuk
meneruskan perjalan. Diperjalanan sopir bercerita bahwa hal yang seperti
itu dilokasi itu telah umum dihadapi umumnya sopir angkutan,
tak tahu orang iseng atau memanglah ada sosok yang nebeng serta minta diberhentikan
dilokasi itu, bahkan juga ada sopir yang trauma lantaran memperoleh kejadian
yang lebih menyeramkan.
Itu bukanlah yang pertama kalinya Ibu saya alamin ketika jadi penumpang bus
Bandung - Garut, namun pernah dialamin jauh – jauh hari saat sebelum nya di bus
yang tidak sama serta dilokasi yang berdekatan (Leuweung Ti'is)
ConversionConversion EmoticonEmoticon