Cintaku Berumur 40 Hari



Hari pertamaku prakerin seperti hari pertamaku masuk sekolah, ada rasa takut dan ada rasa sedih. Baru pertama aku kos jauh dari orangtua sedih sudah menyelimuti perasaanku dan takut bakal terjadi sesuatu nantinya. Semua terasa berbeda sejak seminggu aku berada di kota ini, damai karena di sini aku punya temen, baik di awalnya tapi aku gak tau akirnya nanti kaya gimana?

Namaku venezia dan umurku baru 17 tahun. Aku sekolah di smk yang tidak aku harapkan, aku masuk sekolah itu juga tidak atas kehendakku melainkan karena ajakan temanku yang sejak smp kelas 2 aku kenal. Sungguh sekolah yang sangat aku benci, kalau saja aku tidak mengingat orangtua yang membiayaiku sekolah aku lebih baik tidak sekolah disitu.

Aku tinggal di kota kecil daerah jawa timur, aku punya pacar yang sama sekali tidak aku harapkan jadi pacarku. Banyak temenku yang tanya, kenapa aku tidak memutuskan hubunganku saja, sooo aku juga gak harapin dia jadi pacarku. Tapi di sisi lain, aku masih ada kontrak pacaran sama dia. Kedengeran aneh sih, kayak bisnis kantoran saja ada kontraknya, tapi memang menurutku ini bisnis, dari sinilah aku dapat uang.

Awal aku kenal sama dia saat aku pergi ke suatu tempat, pas ada pameran hasil memotret di sekolahan favorit ku aku pun ikut. Saat aku ingin mengambil gambar sebuah danau dari atas sebuah batu besar dia datang di sampingku lalu mengagetkanku.
“haii gadis kecil, namaku arnotts?” dia menyapaku.
“astagfirullah”, gubraaakkk, aku terjatuh ke bawah batu itu.
Aku bangkit dan mendekatinya yang sejak tadi menertawakanku.
“he kamu, siapa nama kamu, punya sopan gak? untung aku Cuma terjatuh, kalo saja aku serangan jantung kamu apa mau tanggung jawab, gila ya kamu… dasar cowok gila” aku marah marah sambil memakinya.
“heh gadis, cerewet amat sih kamu dasar gadis cerewet, sinting kamu!”
“kamu bilang aku sinting, kamu udah bikin aku kaget, udah bikin aku terjatuh dan sekarang kamu bilang aku sinting. Dasar cowok gila”.
“heh heh heh, mau kemana kamu”.
“pulang” jawabku singkat
Dia menyusulku dan menarik tanganku, aku membuang tarikannya dan tanpa aku sengaja aku menjatuhkan kamera miliknya jatuh dari atas bukit.
“oh my god” aku mencoba kabur, tapi dia meraih tanganku lalu dibawanya aku pergi mencari kamera milik arnotts.
“heiii siapa namamu, mau bawa aku kemana kamu?”
“diam kamu cewek sinting…”
Dia terlihat marah kepadaku.

“hei, ngapain kamu bawa aku kemari?”
“kamu cari kamera ku sampai dapat, dalam keadaan rusak ataupun masih bisa dipakai”.
“kamu gila…” dia memotong kataku
“kamu mau atau tidak?” dia menatapku tajam.
“iya”, aku menuruti kemauannya, dari pada aku harus mengganti kameranya. Sooo aku gak punya uang buat mengganti.
“cewek sinting, panggil aku arnotts jika kamu sudah menemukannya. Dan nama kamu sapa?”
“venezia…”
“nama yang cantik… aku harap kamu menemukannya cepat”.

Beberapa jam kemudian…
Arnotts akhirnya menyusul venezia, karena venezia tidak datang datang.
“venezia, dimana kamu?” arnotts berteriak kenceng dan terdengar suara venezia menangis.
“he, venezia, kenapa kamu?”
“gak liat apa, gua jatuh?”
“ya liat sih, tapi kok bisa jatuh?”
“terpleset”,
“ya udah ayo aku gendong kamu”
“gak usah, gua bisa jalan sendiri”
“yau dah ayo jalan, kita cari lagi!”
“apaaa?, gua gak bisa jalan”.
“bandel kamu, sini” sambil berusaha menggendong venezia
“kita mau kemana ?” tanya venezia
“cari kamera gua yang hilang”.
“nekat banget kamu”
“itu kamera dari maya”.
“pacar kamu?”
“udah bukan lagi”,
“kenapa?”
“dia sudah meninggal”.
“oh, maaf. Aku gak tau”
“iya, gak papa”
“setoppp…!”
“auuu, apaan sih lo”.
“itu kamera kamu. Turunkan aku”.
Venezia dia banting begitu saja
“gilak kamu, sakit tau”.
“ehhh diem kamu, ini kamera gua rusak gara gara lo”.
“maaf, kamu juga sih ngagetin aku”
“lo harus ganti…”
“gua gak ada uang…!”
“oke, kamu harus mau jadi pacar gua selama 40 hari”.
“apa? gak ada cara lain?”
“pilih nganti apa ikuti kata gua”.
“oke… oke gua jadi pacar lo selama 40 hari”.

Dan sejak saat itu hari sabtu sore, mau malam minggu kita pacaran… hari hariku gak pernah sepi karena kita selalu bareng dan kita selalu bertengkar, jarang kita damai. Hanya saja kita damai saat pulang bareng, dan mungkin saat kita dalam satu acara bareng.

Pas hari ke 5 kita pacaran aku jalan bareng sama dia, awalnya diem diem an tapi gak ada satu menit berantem lagi, lalu akur dan saat aku marah dia bersujud dan ngasih bunga ke gua, ya walau bunganya layu Cuma nemu itu tadi tapi ini tetep so sweet buat gua.

Hari ke 6 dan seterusnya kita jalan tiap malam, ya gak jauh dari rumah Cuma cari angin dan mampir warung jagung bakar buat beli jagung kesukaannya, dan kadang mampir tempat siomay kesukaan gua, dan itu kita lakukan hampir setiap malam,

Akhir pekan telah tiba dan tepat pas 15 hari kita pacaran, mungkin masih jauh dari harapan gua buat bisa lepas dari dia tapi gua ngerasa senang senang aja, gua gak ngerasa sedih pacaran sama dia, malah gua ngerasa hari hari gua indah sejak saat dia datang. Cuma saja hati gua belum bisa nerima dia, gua belum bisa sayang bahkan andai aku sayang mungkin rasa itu bakal gua buang, gua tau itu Cuma permainan kita dan itu semua gak benar benar nyata… aku harap tuhan mau menjauhkannya dari hidupku untuk selamanya…

Akhir pekan ini gua lalu sama dia ke suatu tempat, bisa dibilang bukit atau apalah, yang pasti itu tinggi banget dan di atas gak ada pohon seperti bayangan gua, hanya saja rumput dan batu sebagai teman kita berdua. Di tempat itu dia berkata
“gua ngrasa kita bakal pisah, entah itu kapan gua gak tau…”
“apa maksud mu?” gua bingung sama kata kata dia…
“suatu saat nanti kamu bakal tau sendiri dan kamu bakal merasakannya, dan sebelum terlambat gua mau ngomong sama lo. Gua sayang banget sama lo, itu gua ngerasa sejak kita pacaran. Awal kita ketemu gua ngrasa kamu cocok sama aku, kita punya satu hobby yang sama dan kamu orangnya lucu… aku suka kamu”.
“aku bingung deh”,
“kamu gak perlu bingung, kamu gak perlu sayang sama aku, karena nanti kamu akan sakit hati saat aku telah pergi dari hidupmu. Kamu hanya perlu buat 40 hari bareng sama aku itu terasa indah dan gak bakal bisa kamu lupakan”.
“baiklah aku bakal buat kamu gak bisa buat ninggalin aku dan gak bakal bisa buat lupain aku.” aku senyum lebar, memecahkan keheningan antara kita.

Malam itu aku bahagia, aku dipeluk tepan di bawah bulan dan bintang bintang. Tak lupa dengan makanan favorit kita, jagung dan siomay… dia tertawa canda lepas seakan gak ada beban dalam pikirannya dan seakan tak ada yang dirasakannnya.

Pukul 10.00 p.m, aku melihat di handphone miliknya. Kita bergegas pulang dengan jalan kaki. Kota saat itu belum terlalu sepi, orang orang masih yang jalan jalan dan motor mobil lalu lalang di jalanan. Aku berhenti di warung jagung favorit arnotts buat beli jagung bakarnya,
“arnotts pulang yuk, sudah sepi ni”
“iya sayang…”
Setengah jam perjalanan akhirnya kita sampai di rumahku, dia langsung ambil motornya dan pulang. Aku masuk cuci tangan muka kaki lalu tidur.

Esoknya arnotts kasih kejutan buat aku, dia ngasih coklat dan boneka di meja ku, dan sebuah memo berisi “aku sayang kamu venezia, Salam sayang arnotts”

Arnotts pacar kedua ku dan pacar tanpa ku harapkan tapi dia membuatku senang dan bahagia.

Hari ke 30 pulang sekolah dia ngajakin aku ke pantai, saat itu kita pulang jam 4 karena ada pelajaran khusus jadi pulang sore… di pantai kita melihat matahari yang sebentar lagi akan tenggelam. Aku senang banget plus sedih banget, senang bisa lihat matahari bareng dia… dan aku sedih, karena 10 hari lagi kita putus, dan senangnya dia bilang “kita gak akan pernah putus”

Hari ke 35 aku pergi berlayar bareng dia, mungkin ini doa dan harapan ku dulu lewat perahu kertas. Aku ingin bisa berada di tengah samudera bareng dia, orang yang bakal menemaniku sampai aku tua dan tak ada lagi. Di atas perahu dia bilang “bakal ada waktu perpisahan untuk kita nanti”

Waktu terus berlanjut hingga hari ke 39 pun tiba, suatu hari perpisahan bagi kami, aku gak tau apa maksud kata katanya dulu waktu kita di atas perahu, yang pasti aku gak mau kehilangan dia.
Dan malam ini dia ke rumah gua, kita mgobrol bareng di taman depan rumah.
“pil (panggilan sayangnya ke gua) kalo nanti aku udah gak ada di samping kamu, apa kamu mau lupain aku?”
“ngomong apa sih kamu art” panggilan sayangku ke dia
“kita gak tau kan apa yang terjadi besok”,
“aku gak mau pisah sama kamu art…”
“kamu jangan sedih sayang, aku gak mau liat kamu nangis malam ini”.
“aku mulai sayang kamu art”,
Suasana jadi hening, tiba tiba dia memecah suasana itu.
“hahahahha, yes berhasil… kamu sayang kan sama aku?”
“Jadi kamu jebak aku ini, ahhhh kamu jahat deh… art aku marah”.
“iya iya, aku minta maaf sayang…”
Setelah itu suasana tidak lagi hening… sampai akhirnya dia pulang! perasaan aku gak enak dia pergi tapi aku buang perasaan itu dan aku masuk kamar lalu sent sms ke dia
“hanya saja kamu tau, aku sayang banget sama kamu dan kamu tau aku gak bisa kehilangan kamu sayang…”
Lalu aku tidur…

Esok ini aku buka hape gak ada sms atau miss call dari arnott aku bingung harus bagaimana. Aku sms gak ada balasan dan aku telpon pun gak diangkat. Aku berangkat sekolah dengan muka cemberut.

Belum aku naik motor ada panggilan masuk… aku lihat ternyata arnotts, aku langsung angkat dan terdengar dari sana, itu bukan arnotts. Aku bingung dan belum sempat aku tanya dia bilang…
“arnotts di rumah sakit”, aku gak menjawab dan aku langsung pergi ke rumah sakit yang dimaksud.

Di sana aku liat keluarga arnotts dan aku jalan dengan terseret seret, aku mendekat dan bertanya “ada apa?”
“di jalan asma arnotts kumat dan dia menabrak pohon”, aku hampir tak sadar mendengarnya. Aku masuk melihat arnotts sudah terbaring tak berdaya.
aku bisikan kata cinta di telinganya, dia menangis, aku melihatnya, aku bisikan satu kali lagi dan dia menggerakkan jarinya tapi beberapa detik kemudian mesin deteksi jantungnya berbunyi, tut tut tut tut… aku memenaggil dokter.

Dari luar aku melihat dokter melakukan RJP, lalu mesinnya berbunyi… tuuuuuuuttt… terakhir lalu berhenti.
Aku menangis sejadi jadinya, dokter keluar lalu berkata arnotts meninggal karena serangan asmanya bukan sebab kecelakaan.

Sorenya aku ikut dalam acara pemakamannya, aku tak mampu menahan tangisku… dan aku ingat saat dia bilang “pil (panggilan sayangnya ke gua) kalo nanti aku udah gak ada di samping kamu, apa kamu mau lupain aku?”
Ternyata dia pergi beneran, dia ninggalin aku disini… aku sakit kamu pergi art… aku sayang kamu… arnotts

Kita tak akan pernah tau apa yang terjadi besok, dan jangan buat harimu buruk karena kita gak tau besok kita masih hidup atau tidak
Previous
Next Post »