Kisah KH Basuki Abdullah melawan penjajah ( Saksi Ayah Ditembak Mati oleh Belanda )



Dari demikian cerita pahlawan yang gugur di medan pertandingan, mungkin saja cerita KH Basuki Abdullah termasuk tragis. Beliau jadi saksi mata atas hukuman mati ayahnya KH Santawi. Wasiat untuk selalu meneruskan perjuang senantiasa dia lakukan sampai saat ini.

Lelaki paru baya dengan peci putih itu tampak masih tetap semangat, suaranya terdengar terang, langkahnya masih tetap tegap serta tidak tampak goyah. iya dia KH Basuki Abdullah, pejuang yang pernah ikut serta dalam perang Agresi Militer Belanda (AMB). Lelaki kelahiran Prajekan, Bondowoso, itu saat ini menetap di JL. Swandak Lumajang, tepatnya di depan SDN 1 Jogotrunan. Lelaki yang berumur 87 th itu layak dimaksud pejuang, terkecuali yang fisiknya yang masih tetap bugar, bicaranya yang fasih perihal histori perjuangan serta senantiasa semangat menceritakan nilai perjuangan, jadi ciri khasnya yang menempel.

KH Basuki Abdullah memanglah telah berumur lanjut, tetapi ingatannya masih tetap terang. walau telah berusia 87 th, beliau tidak pernah lupa pada pengalamanya yang saat ini bersejarah dalam memperjuangkan RI. Berbarengan pasukan paduan TNI serta organisasi perjuangan laianya. beliau kerap ikut serta bentrok bersenjata dengan pasukan belanda.

Salah satu cerita yang tidak pernah lekang dari ingatanya yaitu ketika ayahnya Kyai Santawi, dijatuhi hukuman mati oleh belanda. beliau sangatlah ingat benar peristiwa itu. “Tak dapat saya lupakan momen itu” katanya bercerita.

Beliau menuturkan, perjuangan ayahnya dalam memimpin pasukan abilillah memanglah pantas di misal. namun tiap-tiap perjuangan senantiasa melahirkan kemungkinan. serta kemungkinan yang dihadapi ayahnya yaitu hukuman mati. KH Basuki menceritakan ayahnya di jebak oleh tentara Belanda, saat itu disuruh untuk berrunding menghadirkan senjata perang. Info itu sukses diendus oleh belanda yang bikin dia mesti di penjara di Bondowoso. Dirumah saya memanglah jadi gudang senjata perjuangan. Saat bapak saya diajak berunding, pada akhirnya di kenali Belanda, lantas di penjara. kenang KH Basuki.
Lantas sang bapak di jatuhi hukuman mati, beliau telah berusaha menyelamatkan ayahnya dari hukuman mati, banding juga sudah diserahkan oleh keluarganya, tetapi usaha itu tidak sukses. KH Basuki sendiri lakukan perlawanan pada Belanda dengan harapan melepaskan ayahnya dari hukuman mati. Jikalau sama belanda dikira pemberontak, beliau ikhlas ikut di hukum mati. Tetapi seluruhnya tidak sukses, hingga bikin ayahnya melarang dia untuk bikin pembelaan juga sebagai bentuk kepasrahan.

Satu hari saat sebelum di tembak mati beliau pernah menjenguk ayahnya berbarengan keluarga yang lain. “Ayah sangatlah melarang saya menagis serta berwasiat untuk selalu berjuang untuk anak cucu”, katanya dengan mata berkaca-kaca.

Eksekusi mati dihadapi oeh ayahnya dengan tegar. bahkan juga ayahnya mau di tembak mati oleh 40 tentara belanda. lantaran zaman dahulu ayahnya termasuk kiai sakti yang kebal oleh peluru. walau eksekutor kurang dari 40 orang, hasratya itu dikabulkan dengan cuma menempatkan satu kompi algojo penembak.

Nyatanya, sesudah peluru eksekutor melesat dari laras senapan, Kiai Santawi tak segera wafat dunia. Basuki tahu sendiri, sesudah tertembus peluru, ayahnya pernah meminta minum supaya rasakan kesejukan yang nanti dirasa oleh anak cucunya sesudah memerangi pertempuran melawan Belanda.

Wasiat yang di sampaikan ayahnya sangatlah ditaati. Mulai sejak itu, Basuki selalu jadi pejuang. Dari mulai Bondowoso, Situbondo sampai Jember serta Lumajang. Di mana ada Basuki, disitu ada peperangan melawan penjajah.

Walau telah sukses merebut kemerdekaan, tetapi anak pertama Kiai Santawi ini selalu lakukan perjuangan. Yaitu, dengan jadi aktivis organisasi perjuangan serta organisasi kemasyarakatan. Hingga sekarang ini, dia masih tetap jadi tokoh NU yang tidak pernah dilupakan saat ada aktivitas utama.

Setibanya di Lumajang, Basuki segera menegakkan panji-panji organisasi perjuangan. Pelajar Islam Indonesia (PII) didirikan serta dia jadi pemimpin kali pertama pada th. 1952.

Pada awal mulanya dia sempat juga jadi pemimpin Persatuan Sisa Anggota Tentara di Bondowoso. Sempat juga masuk di Tentara RI Pelajar (TRIP) pada saat masih tetap SMP serta pernah memimpin dalam pertempuran tentara paduan Batalyon 526 Anjing Laut di Bondowoso.

Dengan kemerdekaan yang sekarang ini diambil bangsa Indonesia, dia mengharapkan supaya senantiasa dapat melindungi generasi. Dengan terus mengutamakan nilai-nilai akhlakul karimah yang makin hari makin memudar. Termasuk juga, menanamkan nilai-nilai perjuangan untuk selalu dikobarkan serta diamalkan dalam kehidupan riil.
Previous
Next Post »